Logo
JALAN
Tanggal Post

01 Desember 2022

Author
Administrator
Kategori
Opini
jalan

Sekali lagi aku bersama teman-teman melintasi jalan itu. Di kiri dan kanan jalan, terlihat pemandangan ribuan pusara; beragam nama dan beraneka kenangan. Aku membawa satu kresek kembang warna-warni yang akhirnya kami taburkan di makam sahabat, kakak, dan mitra kerjaku. Makam itu adalah tempat istirahat Klaudius Ason, guru agama senior yang wafat, sekitar 1000 hari yang lalu, tiga bulan setelah aku bekerja di SMP Santa Ursula. Jenazahnya diantar ke sini dengan dikawal ribuan alumni. Almarhum adalah figur yang tegas, murah senyum, dan sangat totalitas dalam hidup dan karyanya.

Bagiku November adalah time to remember. Banyak peringatan yang merujuk pada hal itu misalnya: All Saints Day, All Souls Day, Hari Pahlawan, dan Hari Guru. Aku selalu diajak eling bahwa hidup itu adalah anugerah Tuhan yang ternilai. Di satu sisi perjalanan hidup ini merupakan sebuah misteri yang tak terselami oleh benak manusia belaka.

Dalam perjalanan ke “rumah terakhir” Pak Ason, aku mengenal arah menuju ke sana namun agak lupa secara persis di mana keberadaan makamnya. Kami berjalan mendekat sesuai arah yang kami yakini, dan akhirnya menemukan makamnya.  Rupanya pengalaman perjalanan peziarahan menuju makam sahabat dan melintasi area pemakaman menimbulkan kesan mendalam bagiku. Hidup ini memang penuh misteri dan aneka tantangan tak menentu, namun ada satu hal yang pasti, yakni kita telah, sedang, dan akan terus berjalan. Maka upaya menjaga langkah sangatlah diperlukan dalam peziarahan hidup ini: menjaga semangat agar terus berjalan maju. Kesedihan kadang menarik kita untuk terus meratap. Kemarahan membujuk kita untuk memberontak, dan ketakukutan  mendorong kita untuk lari dari kenyataan.

Penulis: Martinus Ifan Fernanto, S.S.