Logo
Perjalanan Sehari: Seri Maranatha
Tanggal Post

22 Mei 2023

Author
Administrator
Kategori
Tulisan Siswa
perjalanan-sehari-seri-maranatha

Penulis: Odilia Anastasya Simarmata / 9C

 

Siswa/siswi kelas IX SMP Santa Ursula Bandung melakukan kunjungan ke Universitas Kristen Maranatha Bandung pada Kamis, 11 Mei 2023. Kunjungan ini adalah salah satu rangkaian READY (Recharge and Radiate Your Energy). Awalnya, sempat terlihat kecanggungan antara para kakak pembimbing dengan kami siswa/siswi SMP Santa Ursula Bandung. Namun, kecanggungan itu pecah lantaran salah satu kakak pendamping membuka pembicaraan dengan kami.

Acara dibuka dengan mendengarkan sambutan dari pihak Kampus Maranatha, dan pihak SMP Santa Ursula. Kemudian, kami juga mendengarkan perkenalan singkat Kampus Maranatha, mulai dari ada jurusan apa saja, fasilitas, serta banyaknya program yang tentunya tak kalah menarik.

Sebagai anak SMP, saya cukup merasa kagum dengan sapaan, tata bicara, serta mimik yang terpampang jelas di setiap wajah kakak-kakak mahasiswa yang mendampingi. Tak dapat dimungkiri, ada juga kakak pendamping yang masih terlihat canggung, dan terbata-bata. Namun, kami bisa menikmati acara tersebut.

Dari perkenalan singkat Kampus Maranatha, ada satu fun fact yang menarik perhatian saya. Mahasiswa Kampus Maranatha adalah orang-orang yang sudah siap masuk di dunia kerja. Contohnya, yang membawakan acara hari ini. Kakak ini ternyata baru selesai sidang langsung dapat pekerjaan. Mungkin sebagian dari kita menganggap hal tersebut hanyalah keberuntungan, tapi bukankah kesiapan mental, pengetahuan, dan keterampilan juga diperlukan?

Selesai berkenalan singkat dengan Universitas Kristen Maranatha, kami diajak berkeliling ke Fakultas Kedokteran Gigi. Kami diajak ke ruang praktik mahasiswa kedokteran gigi. Saya dibuat terkagum-kagum dengan adanya fasilitas ruang praktik ini, tempatnya luas, bersih, rapi, kakak mahasiswanya pun ramah-ramah. Tak hanya ruang praktik fakultas kedokteran gigi yang membuat saya kagum,  saya juga kagum dengan susunan perpustakaan yang kami lewati.

Entrepreneurship Mindset

Setelah berkeliling ke Fakultas Kedokteran Gigi, kami diajak mengikuti workshop dari salah satu dosen Fakultas Bisnis, Ibu Dr. Yolla Margaretha, S.E., M.M., CBC., CEC., CPM tentang Entrepreneurship Mindset. Di awal workshop, Bu Yolla mengadakan lomba kecil-kecilan untuk membuat dan menerbangkan pesawat kertas. 

Sebelum sesi dimulai, beliau sudah menaruh kertas lipat di bawah kursi secara acak. Kemudian, anak-anak yang duduk di kursi dengan kertas lipat di bawahnya diminta maju. Kurang lebih 15 anak yang mendapat kertas lipat di bawah kursinya. Mereka diminta membuat dan memberi nama pesawat buatan mereka. Selanjutnya, mereka diminta menerbangkan pesawat kertas tersebut. Dari 15 anak, diambil 5 pesawat terjauh. 

Dari situ, Bu Yolla memberikan pertanyaan pada 5 anak dengan pesawat terjauh, “Apa yang membuat pesawat mereka bisa terbang paling jauh?” Ada siswa yang menjawab, “dibawa simpel aja”, “harus PD”, “lakuin aja dulu, hasilnya nanti yang penting dan mencoba dan berusaha semaksimal mungkin”, “dibantu teman”. Dari jawaban-jawaban tersebut, Bu Yolla menegaskan untuk menjadi orang sukses, beberapa ungkapan dari siswa/siswi dengan pesawat terjauh menjadi contoh mindset yang harus dihidupi. 

Banyak ungkapan Ibu Yolla yang mengena bagi saya. Salah satu ungkapannya adalah “Mencoba tidak pernah salah, tidak ada kata gagal, yang ada hanyalah belum berhasil.” Dari dinamika workshop tersebut, Ibu Yolla membuat kami, saya khususnya, sibuk untuk memperhatikan setiap perkataan dan tindakannya.

Pencetakan Sederhana

Tak berhenti di workshop Fakultas Bisnis, kami juga diajak Workshop di kelas Sastra China. Di workshop ini, kami mendapat banyak pengetahuan baru. Di awal sesi, kami diajak untuk mencoba berbicara dengan Bahasa China, karena jarang mendengar dan menggunakan bahasa China, hal ini membuat banyak gelak tawa di ruangan tersebut. 

Selain itu, kami juga belajar mengenai beragam penemuan China, salah satunya adalah sistem pencetakan. Kami diperbolehkan untuk melakukan pencetakkan sederhana. Kami diberi styrofoam yang sudah ada kertas bergambar. Kemudian, kami diminta menjiplak pola gambar tersebut di styrofoamnya. Setelah selesai menjiplak, styrofoam tadi diberi cat, lalu ditempel di kertas untuk mencetak pola-pola yang ada di styrofoam. Saya baru tahu, ternyata salah satu metode pencetakannya sungguh sangat simpel. Bahan-bahannya pun sangat mudah didapatkan. 

Selain praktik sistem pencetakan, ada beberapa kakak mahasiswa yang bercerita kalau mereka berkesempatan mengajar di sekolah-sekolah. Tak hanya itu, ada juga yang diminta mengajar di kampus-kampus lain. Kembali saya dibuat kagum dengan sharing pengalaman unik mengikuti workshop di Sastra China.

Banyak pengalaman dan pengetahuan baru yang kami dapatkan dari Kampus Maranatha. Pengalaman tersebut membuat kami tercengang dan terkagum-kagum. Menariknya lagi, sudah 6 tahun (setahun sekali) SMP Santa Ursula Bandung berkunjung ke Kampus Maranatha. SMP Santa Ursula Bandung menjadi satu-satunya SMP yang melakukan kunjungan ke Kampus Maranatha. 

Terima kasih, Bapak-Ibu dan Kakak-Kakak Pendamping.

***