Logo
Ziarah Ketangguhan bersama Bunda Angela
Tanggal Post

06 Maret 2023

Kategori
Pendidikan
ziarah-ketangguhan-bersama-bunda-angela

Dalam peziarahannya menuju Tanah Suci Yerusalem, Santa Angela Merici mengalami gangguan penglihatan. Angela melanjutkan perjalannya dengan penuh iman dan seakan melihat tempat-tempat suci dengan mata batinnya sendiri. Peziarahan ini sungguh mengagumkan dan menggetarkan hati. Meskipun “buta”, namun ketangguhan dan iman membawanya pada peziarahan yang sejati.

 Hal ini juga selaras akan  pesan Bunda Angela dalam prakata Regula, “Tidaklah cukup untuk memulai bila tanpa ketahanan.” Kata-kata ini memiliki makna yang mendalam tajam seakan mengatakan banyak orang yang memulai dengan semangat, namun kandas di tengah jalan karena tidak tahan atau menyerah. Perjalanan hidup dan pesan Santa Angela inilah yang menjadi cermin bagi kita dalam merenungkan ziarah hidup kita masing-masing

Hiji anu Diarah

                Di beberapa tempat, ziarah dapat dimaknai sebagai akronim (Siji sing diarah – Jawa; dan Hiji anu diarah- Sunda.) Ziarah bisanya dilakukan menuju tempat suci untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan. Maka, Tuhan adalah satu satunya tujuan dalam ziarah. Sejak lama, peziarahan ke tempat-tempat suci ditempuh dengan berjalan kaki, berlayar, atau menggunakan kuda. Ada makna “meninggalkan zona nyaman” yang ditempuh dengan cara-cara demikian. Dewasa ini, ziarah sering dimaknai upaya untuk mencari kesegaran rohani di tengah hiruk pikuk dunia. Selain itu ziarah zaman ini sering  diiringi oleh wisata dan rekreasi sehingga jika tidak dimaknai dengan baik, prioritas ziarah bisa teralihkan.

                Perjalanan ziarah mengandung dua arti. Pertama, perjalanan ziarah secara fisik mengunjungi tempat-tempat suci. Kedua, ziarah bisa dimaknai dengan perjalanan menemukan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Dua pengertian ziarah ini mengandung perbedaan dalam modus (cara), namun memiliki tujuan yang sama. Siswa-siswi sekolah Ursulin biasanya mengadakan retret atau rekoleksi dengan ciri yang khas, dalam konteks tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut dapat dimaknai sebagai peziarahan batin para siswa untuk menemukan kebaikan Tuhan dalam perjalanan hidup mereka. Ziarah batin juga dapat dilakukan secara pribadi (bahkan setiap hari), yakni saat kita berjalan untuk menemukan kehendak Allah dalam hidup.

Di satu sisi, pengertian “Hiji anu diarah”  dapat mengandung “jebakan” bahwa Tuhan  hanya bisa ditemui di akhir saja. Kita diajak menyadari bahwa di setiap langkah ziarah, Allah sungguh menyertai kita.  Terkadang doa-doa kita sehari-hari adalah mencari akhir dari masalah namun melupakan penyertaan Tuhan saat ini dan disini. Maka pengalaman ziarah Santa Angela sungguh menjadi teladan bagi kita yakni bagaimana ia bersatu dengan Kristus di awal, tengah, dan akhir perjalanannya.

Bersatu dengan Kristus

                Ziarah hidup Santa Angela sejatinya dimulai sejak ia kecil, saat ia dilahirkan dibesarkan oleh keluarganya dan terpikat oleh kasih Kristus. Kekelaman menyelimuti hari-harinya ketika dalam beberapa tahun rumah di Le Grezze bernuansa duka karena Gianna, saudarinya; serta ibu dan ayahnya berpulang lebih dahulu ke pangkuan Allah. Perjalanan hidup Angela merupakan gerakan aktif. Ia mendapatkan petunjuk dari penampakan di Brudazzo tentang keberadaan Gianna di surga, serta undangan untuk mendirikan persekutuan para wanita. Namun, ia juga aktif untuk terus bergerak menuju Allah dengan cara matiraga, melayani dengan rela hati dan setia dalam tugas perutusannya. Angela kemudian dikenal sebagai pendamai, pemersatu, pendidik, serta ibu yang penuh cinta.

Peziarahan secara khusus (dalam arti meninggalkan tanah kelahiran menuju tempat suci) dilakukan Angela ketika dewasa dan sudah menjadi anggota ketiga Santo Fransiskus. Perjalanan amat jauh dan berbahaya. Kita bisa membayangkan beberapa hari di kapal, mereka bergulat dengan keletihan, perompak, ancaman badai, situasi kapal yang tidak mengenakkan, dan keterbatasan makanan. Angela terus bertekun dalam doa. Setiap hari, lagu-lagu rohani dilantunkan di kapal. Angela mengingatkan kembali kepada para peziarah tentang tujuan mereka berziarah dan melayani orang-orang, terutama mereka yang paling membutuhkan uluran kasih.

Pada zaman tersebut orang-orang terbiasa pergi berziarah ke tempat suci, termasuk Tanah Suci Yerusalem. Angela ingin sekali melihat tempat Yesus lahir, hidup, dan menjadi wafat. Ia ingin bersatu dan “napak tilas” dengan hidup Yesus yang dicintainya. Di Pelabuhan  Canea, Angela memegangi matanya dengan tangan sambil tersendat dalam isak tangis. Orang lain mengatakan bahwa Angela harus tinggal di sana atau kembali ke Venesia dan tidak melanjutkan peziarahannya ke Yerusalem. Angela bersikeras untuk menyelesaikan ziarahnya ke tanah suci. Ia ingin bersatu dengan penderitaan Kristus di Yerusalem.

Mereka sudah dekat dengan tanah suci, wajarlah jika Angela tidak memilih untuk pulang melainkan melanjtukan perjalanan. Angela selalu percaya bahwa Tuhan akan menolong selalu. Mata Angela memang tidak bisa melihat tempat-tempat tersebut, namun Angela melihat dengan mata batinnya. Hal ini memang tidak bisa dijelaskan secara jasmani, namun Santa Angela akhirnya dapat menyelesaikan ziarahnya di Tanah Suci.

Kehendak Memulai

                Ketika merenungkan ziarah bersama Santa Angela, saya disadarkan bahwa memulai bukan dilakukan hanya di awal perjalanan, namun di setiap babak perjalanan (di setiap bangun tidur, di awal memulai pekerjaan dst) Maka setiap hari adalah perjalanan dan keberanian untuk memulai. Keberanian diperlukan karena terkadang orang enggan memulai karena takut akan bahaya dan tantangan atau kurang percaya diri. Santa Angela dalam kerinduan mendalam akan Allah memutuskan untuk berziarah demi menemukan kehendak Allah dalam hidupnya.

                Biasanya orang memulai ziarah ke tempat-tempat suci karena memiliki intensi atau permohonan khusus. Misalnya, anak-anak yang meminta keberhasilan dalam studi, pasangan suami istri yang memohon rahmat keturunan, seseorang yang sakit dan memiliki pergumulan, dan lain sebagainya. Namun ada juga orang-orang yang berziarah untuk memohon petunjuk atau tuntunan Tuhan. Dalam sisi yang lebih dalam lagi, kita percaya bahwa Tuhan sendirilah yang mengundang seseorang untuk  berziarah menemuinya. Hal inilah yang dialami Santa Angela, dan juga para kudus lainnya.

                Sebuah perjalanan yang baik dimulai dengan syukur dan arah perjalanan adalah melangkah maju ke depan. Syukur atau kenangan akan penyertaan Tuhan dalam hidup merupakan start terbaik dalam peziarahan hidup kita. Namun tidak sedikit orang, karena situasi tertentu sulit memulai start ziarah dengan bersyukur. Jika syukur sulit menjadi pijakan, kita tidak perlu berkecil hati, kita dapat memulai start dengan keheningan dan penyerahan diri (iman).

Hati yang Memiliki Ketahahan

“Anda harus berbuat apa saja dengan seluruh kekuatan anda untuk tetap setia pada panggilan Tuhan,untuk mencari dan mendambakan semua sarana (cara) dan jalan yang dibutuhkan untuk bertahan dan maju sampai akhir. Tidaklah cukup untuk memulai, bila tanpa ketahanan” (Prakata Regula)

Bunda Angela memandang ketahanan sebagai keberanian untuk maju, bertindak, dan setia untuk mencari jalan keluar dari tantangan yang dihadapi. Ketahanan di sini bukanlah “sok kuat” namun menyadari keterbatasan yang ada dan mencari solusi atau segala cara yang membuat kita kembali berjalan menuju Allah. Ketahanan terkadang membutuhkan dialog antara hasrat ingin berhenti (menyerah) dengan kekuatan yang menggerakan kita untuk terus berjalan. Peziarahan dalam konteks ziarah batin juga membutuhkan ketahanan atau semangat pantang menyerah, terhadap godaan yang ada.

Suster Jeannette Krista, OSU., menegaskan bahwa Bunda Angela tidak membeda-bedakan ketahanan fisik, psikis, dan spiritual. Bunda Angela menginginkan dan memberi contoh akan integritas. Semua bentuk ketahanan perlu disatukan di dalam hati manusia. Kita bisa berefleksi bahwa ketahanan hati Santa Angela adalah keberanian aktif untuk terus dan kembali melangkah ketika kita mengalami kesulitan.

Cara pandang baru

                Mata adalah pelita bagi manusia. Tak jarang ekspektasi manusia dibuktikan dengan apa yang dilihatnya. Bunda Angela tentu saja ingin melihat tempat-tempat napak tilas hidup Yesus. Namun karena keterbatasan penglihatan, mata fisiknya tidak mampu menjangkau tempat-tempat tersebut. Sanra Angela bersaksi bahwa ia dapat kemudian melihat tempat bersejarah dalam hidup Yesus menggunakan mata batinnya. Hal ini membuktikan bahwa Angela tidak menyerah ketika tantangan besar dalam hidupnya datang.

                Bukti ketahanan dalam ziarah adalah cara pandang baru. Manusia tidak terjebak oleh kebatasan namun mampu menembusnya dengan iman dan penyerahan diri. Dalam kaca mata jasmani, Angela mungkin gagal melihat tempat ziarah. Namun Angela telah sampai pada tujuan ziarah yang sejati yakni bersatu dengan Yesus.

Setelah pulang dari tanah suci, mukjizat terjadi, Angela dapat melihat kembali di Candia. Angela dapat kembali melayani dan melanjutkan peziarahannya, hingga melaksanakan kehendak Allah untuk mendirikan Persekutuan Santa Ursula yang melayani jiwa-jiwa yang haus secara jasmani dan rohani. Ziarah hidup Angela berakhir ketika ia kembali berpulang ke hadirat Bapa, namun mampu mewariskan semangat di hati para pengikut dan mitra kerjanya.

Tidaklah mudah untuk memiliki cara pandang baru. Hal yang perlu kita ingat adalah bahwa kita percaya bahwa Allah akan membantu kita.

Ziarah Ketangguhan di Rumah dan Sekolah

                Pendididikan yang transformatif adalah pendidikan yang mampu “berziarah” bersama anak (keluarga) dan siswa (sekolah). Dalam hal ini pengalaman menciptakan pengalaman ziarah bersama sekaligus mengajak anak berziarah secara mandiri, dan menemukan apa yang dikehendak Allah atas dirinya. Dalam hal ini orang tua dan pendidik tidak hanya menciptakan kegiatan rohani, melainkan pengalaman dan kesempatan untuk anak bercermin dan berefleksi dalam hidup sehari-hari.

                Berdasarkan inspirasi Santa Angela, ketangguhan dalam ziarah hidup kita diwujudkan dalam keberanian untuk menerima kebutaan atau tantangan yang dihadapi dan berjuang untuk terus bertindak dan bergerak maju. Keberanian ini didassari oleh kepercayaan bahwa Tuhan akan menolongynya. Nampaknya sebelum berziarah ke tempat-tempat suci, Angela sudah berlatih memiliki mindset, mentalitas, dan habitus ini. Ia dilatih untuk tetap mengenal Tuhan dalam keterbatasannya membaca, setia dalam pekerjaan di rumah dan di kebun, serta menjadi saudari bagi kakak dan adiknya. Peristiwa duka kepergiaan kakak, dan kedua orang tuanya juga membuatnya menjadi pribadi yang tangguh. Lebih dari semunya itu, relasi dengan Tuhan amat menentukan; baginya mata yang buta tak menghalangi hatinya untuk berjumpa dengan Tuhan.

                Keluarga dan sekolah sungguh berperan dalam melatih anak untuk tangguh. Solusi kreatif dan inovatif dapat ditemukan di setiap masalah. Di sisi lain, anak dan siswa perlu disadarkan bahwa mereka tidak bisa melangkah dengan kekuatan sendiri. Mereka akan menyelesaikan “ziarah” mereka hanya dengan kasih dan tuntunan Tuhan. Dalam hal ini para orang tua dan pendidik perlu juga melakukan “ziarah batin” atau sekurang-kurangnya berziarah bersama peserta didik. Hati yang tangguh adalah hati yang terbuka akan tuntunan Allah.

Anugrahkanlah kepada  kami ya Tuhan

Hati Tangguh sperti  Bunda Angela

Terus Maju, setia dan bertahan

Dituntun iman, dikobarkan  cinta

 

                                                                                                                                     ***

                                                                                                                                                                                                                              Martinus Ifan Fernanto

LAMPIRAN

Contoh Pertanyaan Refleksi

  • Siswa Kelas Kecil
  1. Ketika mengalami kesulitan, hal pertama apa yang aku lakukan?
  2. Mengapa aku melakukan hal itu?
  3. Jika suatu saat aku menghadapi tantangan lagi apa yang akan aku lakukan?
  4. Apa yang mau aku mohon pada Tuhan ketika kesulitan datang?
  • Siswa Kelas Besar
  1. Pernahkah aku mengalami kesulitan dalam belajar atau berelasi?
  2. Bagaimana caraku keluar dari masalah tersebut?
  3. Apa yang bisa aku pelajari dan syukuri dari kejadian tersebut?
  4. Masalah apa yang sedang aku hadapi sekarang?
  5. Sudahkah aku melibatkan Tuhan dalam hidupku?

 

  • Pendidik (Orang tua/guru)
  1. “Kebutaan” apa yang menghalangiku untuk berjumpa dengan Allah dan sesama?
  2. Apa aku berani untuk menerima dan keluar dari kebutaanku?
  3. Sudahkah aku melibatkan Tuhan mengatasi kebutaanku?
  4. Ziarah ketangguhan macam apa yang sudah atau perlu aku lakukan untuk memperoleh cara pandang baru?
  5. Apa yang Tuhan kehendaki di balik kesulitan yang kuhadapi