Logo
Melihat ke Belakang tuk Menatap ke Depan
Tanggal Post

09 Januari 2023

Author
Administrator
Kategori
Kegiatan
melihat-ke-belakang-tuk-menatap-ke-depan

Pada 13 - 21 Desember 2022, murid kelas 9 mengadakan retret di Rumah Retret Ursulin, Bandung. Retret ini dibagi menjadi 3 gelombang, gelombang I tanggal 13-15 Desember, gelombang II tanggal 16-18 Desember, dan gelombang III tanggal 19-21 Desember. Peseta didik kelas 9 mengikuti dinamika pada salah satu gelombang tersebut.

Retret sebagai Sarana Menahan Diri

Sebelum retret, beberapa peserta didik yang menemui saya, kemudian bertanya, "Pak, retret besok ga boleh pegang HP?" Peserta didik lain juga bertanya, "Pak, masa retret ga boleh bawa HP? Ga seru dong, Pak." Ada juga yang bertanya pada saya, "Pak, kalau 3 hari ga pegang HP, saya kuat ga, ya Pak?" Hampir semua peserta didikyangbertanya begitu memiliki nada, dan sorot mata yang sama, sama-sama tampaktidakantusias.

Selama berdinamika retret kelas 9 yang bertema, "Aku Bertanggungjawab padaAllah, Diriku, dan Sesama" ini, peserta didik tidak diperkenankan memainkan alat elektronik ataupun alat komunikasi. Harapannya mereka lebih fokus untuk mengikuti rangkaian acara yang telah disiapkan. Selama 3 hari, para peserta didik dipandu oleh Suster Yayah, OSU dan Suster Asia, OSU mengenal lebih dalam diri, orang tua, guru, maupun orang lain yang berpengaruh bagi kehidupan mereka. Selama tiga hari itu, mereka "berpuasa" untuk memegang HP mereka.

Saya salut dengan para peserta didik, mungkin mereka juga terpaksa untuk tidak memegang gawai. Namun, nyatanya mereka mampu mengikuti dinamika dengan baik tanpa memegang gawai mereka. Bagi saya, retret seperti ini turut menjadi latihan bagi mereka agar tidak selalu bergantung pada gawai mereka. Mungkin terasa tidak mudah, tetapi (sekali lagi) mereka berhasil melewati 3 hari tanpa memegang gawai mereka.

Melihat ke Belakang tuk Menatap ke Depan

Secara garis besar, dinamika tiga hari banyak berfokus untuk berdinamika dengan diri sendiri. Di hari pertama, peserta didik diajak untuk mengenal apa ituretret. Selain itu, perlahan Suster mengajak untuk menyadari bahwa masing-masing pribadi berharga dan dikasihi oleh Allah. Peserta didik diajak untuk untuk melihat "keunikan" diri ini sebagai salah satu wujud nyata dikasihi oleh Allah. Selain itu, Suster juga mengajak untuk melihat pola asuh keluarga Santa Angela sebagai pribadi yang dapat diteladani.

Di hari kedua, peserta didik diajak untuk melihat psikologi remaja yang sedang mereka alami. Hal ini untuk melihat gejolak batin yang mungkin dialami olehpeserta didik. Di malam hari, peserta didik diajak untuk melihat pola asah, asih, asuh keluarga masing-masing. Hal ini sekaligus untuk mensyukuri keluarga, guru, teman, dan orang di sekitar peserta didik dalam tumbuh-kembang mereka. Tak lupa, peserta didik diajak untuk melihat kelemahan dan kesalahan diri (rekonsiliasi) agar menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari.

Hari ketiga, peserta didik diajak untuk membuat komitmen pribadi. Komitmen ini sekaligus menjadi salah satu "buah" retret selama tiga hari. Tak hanya membuat komitmen, pada hari ketiga, peserta didik diberi kesempatan untuk berwawan hati bersama orang tua. Kolaborasi antara guru dan orang tua atau wali untuk mendampingi peserta didik menjadi hal yang turut diperlukan. Tak dapat dimungkiri, orang tua adalah pemegang peran utama dalam tumbuh kembang putra-putrinya.

Penulis: Andreas Aditya Yoga Prasasta, S.Pd.